Dua Penyebab Kegagalan Barcelona
Ada dua hal yang membuat Barcelona akhirnya gagal melangkah ke babak final Liga Champions. Pertama, habisnya ide Barcelona untuk mengkreasi serangan, Kedua, gaya negative football yang diterapkan Inter Milan.
Barcelona memang dikenal dengan strategi permainan ala mereka sendiri, yaitu bagaimana bermain dengan cara mereka tidak peduli lawan menerapkan strategi apa.
Namun pada laga kemarin, pola serangan Barcelona selalu sama. Mereka mencoba utak-atik di tengah. Kalaupun mampu menembus dari sayap, mereka mengembalikan bola ke tengah dan berusaha mencari peluang dari kreasi permainan di tengah.
Bahkan, Lionel Messi yang biasanya liar di berbagai posisi pun, seperti kesulitan mengembangkan permainannya. Dia malah cenderung lebih sering menjadi pengumpan, daripada melakukan aksi individu membongkar pertahanan lawan.
Tuan rumah seperti tak berani melakukan spekulasi dengan umpan-umpan silang ke depan gawang. Padahal, serangan dari tengah sudah terbukti buntu.
Tampaknya, ini sempat disadari pelatih Pep Guardiola. Sehingga, dia memasukkan Maxwell pada menit ke-45, Bojan Krkic dan Jeffren Suarez pada menit ke-63. Mereka masing-masing menggantikan Gabriel Milito, Zlatan Ibrahimovic, dan Sergi Busquets.
Maxwell diharapkan mampu memberikan umpan-umpan silang, atau tusukan sayap yang berbahaya. Di leg pertama, dia berperan membidani gol Barcelona lewat tusukan sayapnya. Tapi, ternyata ini tak jalan, karena Barcelona telanjur latah terus menembus dari jalur tengah.
Saat mendapat tendangan penjuru pun, "El Barca" sering tak menendang langsung ke depan gawang. Mereka mengumpan ke rekan terdekat, kembali utak-atik mencari celah yang sudah tertutup di tengah.
Penyebab kedua kegagalan Barcelona adalah negative football yang diterapkan Jose Mourinho. Tak perlu mengatur strategi rumit-rumit, tak penting pula posisi pemain. Bagi Inter, semua pemain wajib mempertahankan sepertiga wilayah terakhirnya. lawan menyerang diadang. Begitu mendapat bola langsung dibuang. Mereka hanya berkonsentrasi bagaimana mempertahankan gawangnya, tanpa ada strategi dan taktik menyerang.
Meski begitu, taktik tersebut sangat manjur. Bahkan, selama 62 menit bermain 10 orang, mereka mampu meredam ketajaman dan kreatifitas Barcelona yang terkesan berbahaya. "El Barca" yang biasa produktif, tiba-tiba dibuat tak berkutik menyerang. Dukungan penuh publik Camp Nou pun seolah tak berpengaruh.
Ada beberapa poin penting dari strategi Jose Mourinho. Sejak awal, dia mencoba melokalisasi serangan Barcelona. Dia tak membiarkan Barcelona menyerang dari pinggir, sehingga setiap serangan selalu lewat jalan tengah. Ini memudahkan Inter Milan berkonsentrasi bertahan.
Di sisi kiri, Mourinho menempatkan Javier Zanetti sebagai bek. Di depannya masih ada Christian Chivu yang sebenarnya juga defender. Sedangkan di kanan, Douglas Maicon cukup bisa diandalkan mematikan serangan lawan. Bahkan, kadang masih dibantu Esteban Cambiasso atau malah Samuel Etoo.
Pendek kata Jose Mourinho tidak memberikan strategi muluk-muluk untuk menghadapi Barca. Yang penting bagaimana gawang Julio Cesar tidak kebobolan, itu saja.
Bahkan, Jose Mourinho sampai memainkan lima pemain defender, yakni Lucio, Walter Samuel, Maicon, Javier Zanetti, dan Christian Chivu. Pada menit ke-81, dia menambah satu defender lagi, Ivan Cordoba.
Tak hanya itu, semua pemain terkesan hanya ditugaskan sebagai defender untuk mempertahankan wilayahnya. Hanya Milito yang berada di depan untuk jaga-jaga menyerang. Itu pun, dia kadang turun membantu pertahanan. Ini yang menyulitkan Barcelona untuk membuat peluang, apalagi gol. (*).