Rabu, 29 Oktober 2008

Krisis Tak Pengaruhi Liga Champions Asia


Kuala Lumpur - Krisis ekonomi boleh-boleh saja menerpa seluruh belahan dunia merevisi kembali keuangan masing-masing pihak. Tapi buat AFC atau Konfederasi Sepakbola Asia krisis global itu tidak menutup niat untuk menambah kegairahan kompetisi sepakbola regional.

AFC justru mengumumkan bahwa jumlah hadiah untuk Liga Champions Asia (LCA) 2009 serta insentif bagi pesertanya bakal mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Wakil Ketua Komite Ad Hoc Liga Profesional AFC, Tokuaki Suzuki mengungkapkan bahwa pihaknya menyediakan bujet mencapai USD 14 juta atau Rp 140 miliar, dengan kurs Rp 1 = USD 10 ribu.
“Bujet terbaru itu berarti tersedianya lebih dan lebih penerimaan untuk klub yang berpartisipasi—di LCA 2009,” papar Suzuki seperti yang dirilis situs resmi AFC. “Bujet itu membuat klub menerima insentif agar lebih profesional.”
Total bujet yang disiapkan untuk LCA musim depan mencapai USD 20 juta (Rp 200 miliar). Jumlah itu lima kali lipat dari bujet musim ini yang sekitar USD 4 juta. Sebanyak 70 persen dari total bujet dialokasikan untuk hadiah uang tunai dan berbagai insentif.
Rinciannya juara LCA 2009 akan mendapat hadiah USD 1,5 juta (Rp 15 miliar). Bandingkan dengan hadiah yang bakal diterima oleh Gamba Osaka (Jepang) atau Adelaide United (Australia), yang akan memainkan partai final dua leg pada 5 November dan 12 November, yakni sebesar USD 600 ribu (Rp 6 miliar).
Satu perubahan besar yang menguntungkan klub untuk musim depan adalah bonus bagi klub yang berhasil mencapai setiap babaknya. Setiap pemenang dalam sebuah partai di babak penyisihan grup bakal menerima bonus USD 40 ribu (Rp 400 juta). Perubahan yang diusung AFC tersebut mirip seperti yang telah diterapkan UEFA di Liga Champions.
Berbagai intensif, bonus, hadiah atau apapun namanya tentu akan menambah kegairahan tersendiri bagi tiap pesertanya. Sudah barang tentu termasuk bagi perwakilan dari Indonesia. Tapi, pastinya dengan catatan tidak ada cela dari pihak yang berwenang sehingga menyebabkan pada LCA 2008 dua jatah Indonesia melayang ke Thailand dan Vietnam. (afc)

Skema hadiah dan insentif peserta LCA 2009:
Penyisihan Grup:
-menang: USD 40.000 (Rp 400 juta)
-seri: USD 20.000 (Rp 200 juta)
-kalah: tidak menerima insentif
-menang tandang: USD 30.000 (Rp 400 juta)
Putaran 16 Besar: USD 50.000 (Rp 500 juta)
Perempat Final: USD 80.000 (Rp 80 juta)
Semifinal: USD 120.000 (Rp 120 juta)
Runners-up: USD 750.000 (Rp 7,5 miliar)
Juara: USD 1,5 juta (Rp 15 miliar)

Readmore »»

Selasa, 21 Oktober 2008

Krisis di Depan Mata? Siapa Takut


Jagoan pun akhirnya bisa tergelincir, seperti pepatah di rimba persilatan di atas langit ada langit, apa yang terjadi sekarang ini (krisis global) yang bermula dari Negeri Jagoan Paman Sam merupakan gambaran yang gamblang.

Jagoan-jagoan di sektor keuangan pun akhirnya gulung kuming, seorang investor atau lembaga investasi yang hebat pun akhirnya juga merasa akibatnya ketika Paman Sam terpuruk. Soal keuangan, perbankan, perekonomian sebenarnya bisa dihitung dari awal, tapi sifat tamak dan sombong manusia membuat hitungan itu akhirnya jadi berantakan. Yang paling aman itu mengalir saja seperti air tapi jangan terlalu hanyut, kadang-kadang juga harus ikut menentukan aliran air itu.
Krisis global katanya dalam waktu dekat juga akan membuat perekonomian Indonesia susah lagi. Tidak bisa kita bayangkan bagaimana susahnya menjalani hidup nantinya. Tapi jangan khawatir, apa yang disebabkan ulah manusia itu pasti akan ada batasnya. Artinya krisis pasti akan berlalu, tergantung kita sendiri cepat atau lambat kita bisa lepas dari krisis itu. Namun tidak ada salahnya bila kita bersiap payung sebelum hujan atau pelampung agar tidak terseret krisis lebih jauh.
Berikut ini tips-tips untuk menghadapi krisis global yang kabarnya akan membuat Resesi Ekonomi Dunia terjadi :

1.Kalau punya duit banyak hindari membeli Aset yang berbasis USD . Dalam pengertian ekonomi kapitalistik, aset bisa diartikan saham dan mata uang. Contoh aset yang sangat terkait dengan USD : saham perusahaan bluechip di pasar Paman Sam.
2.Saat ini untuk sementara hindari memegang aset-aset kertas seperti saham, obligasi, dsb yg merupakan infrastruktur “bubble ekonomi” Utamakan memegang aset-aset bernilai fundamental yang real namun liquid, seperti emas, atau logam mulia lainnya, misalnya berlian kalau perlu belikan saja akik (seperti Wak Doso, meskipun hanya bos Warung Giras, harga akiknya minimal Rp 50 juta).
3.Banyak orang bilang emas saat ini sudah mahal harganya. Tapi dengan adanya krisis keuangan saat ini, emas diperkirakan akan terus naik harganya. Kalau harganya turun gak masalah, kan masih bisa dibuat mejeng. Coba kalau kita punya saham, kalau harganya turun mosok kita ke mana-mana bawa kertas saham itu.
4.Usahakan untuk tetap liquid selama masa krisis. Liquid artinya, dengan mudah anda mencairkan aset anda pada saat membutuhkan. Kapan anda membutuhkan likuiditas? saat harga aset (saham, tanah, properti, dsb) mencapai titik terendah!, saat itulah waktu yg tepat untuk melakukan pembelian aset besar-besaran!. Beli saja tanah, rumah, apartemen, villa atau resor tapi yang sudah jadi alias jangan membeli yang masih dalam tahap pembebasan tanah.
5.Pantau terus trend penurunan harga-harga saham di pasar saham dunia untuk memperoleh titik terendah/saat-saat recovery yang anda tunggu-tunggu. Saat recovery adalah saat di mana anda melakukan pembelian aset-aset kembali yg sudah berharga murah untuk memperoleh capital gain yg luar biasa.
6.Hindari hutang-hutang pribadi. Utamakan untuk melunasi hutang anda dengan segera. Saat ini seluruh lembaga keuangan (bank, dsb) ingin meningkatkan likuiditasnya (salah satu caranya adalah dengan menaikan suku bunga). Kalau memang belum bisa bayar, ya alasan saja terkena krisis. Atau bilang: “Orang itu mbak/pak pasti tidak lupa kalau punya utang. Cuma bayarnya itu yang lupa”
7.Perketat pengeluaran anda. Pengeluaran anda harus lebih kecil dari pemasukan anda. Rumuskan rencana belanja rumah tangga anda dengan baik. Kalau biasa ngopi di Sinar Bintoro yang sekarang harganya sudah ikut-ikutan naik kayak kertas, pindah saja ke warungnya Wak Doso dijamin rasanya tidak ada bedanya.
8.Untuk sementara hindari kredit (hutang) jangka panjang baru seperti kredit perumahan, dsb. Tapi kalau ada yang nawari ya terima saja, bayarnya nanti dipikir-pikir lagi.
9.Persiapkan dana krisis, yang hanya anda gunakan apabila krisis ekonomi benar-benar parah terjadi. Misalnya rumah atau tanah warisan siap-siap dilego. Yang penting jangan pergi ke dukun untuk melipat gandakan uang atau ikut-ikutan Yudi Gembul dan Aa' Jos yang sekarang sudah mulai tertarik dengan Ketik REG SPASI PRIMBON.
10.Dan yang paling penting, jangan meninggalkan Allah SWT di saat senang kemudian ketika tertimpa krisis tiba-tiba masjid, musholah, surau, gereja, vihara, klenteng jadi ramai semua berdoa ingin selamat dari krisis. (*)

Readmore »»

Minggu, 12 Oktober 2008

Bank Tak Punya Salah, Jangan Jadi Korban


Pemerintah rupanya ingin membuat langkah kuda: di satu pihak menyelamatkan negara dari krisis yang melanda dunia, di lain pihak ingin memanfaatkan krisis ini untuk keuntungan Indonesia. Memang krisis ini sebenarnya krisisnya negara kaya. Posisi Indonesia agak kuat kali ini. Terutama perbankannya. Ada dua hal yang membuat bank-bank di Indonesia akan selamat dari krisis ini.
Pertama, sejak krisis moneter 1997 bank-bank di Indonesia sudah sangat prudent –hati-hati. Ratio-ratio keuangannya sangat baik. Bahkan tiga tahun lalu sempat terjadi semua bank seperti kelebihan uang.
Kalau saja pemerintah tidak mengeluarkan kebijaksanaan yang hebat saat itu, bisa jadi akan banyak kelebihan uang yang ditanam di luar negeri. Namun pemerintah yang melihat gejala kelebihan uang itu segera mengeluarkan SUN –surat utang negara. Bunganya juga menarik. Maka kelebihan uang tersebut lebih banyak dibelikan SUN.
Meski negara sama-sama punya utang, terbukti bahwa punya utang kepada rakyatnya sendiri (melalui SUN) lebih baik dari pada punya pinjaman luar negeri. Kebijaksanaan pemerintah keluar dari IMF, secara tidak sengaja ternyata membawa berkah yang luar biasa manfaatnya saat terjadi krisis keuangan dunia saat ini.
Memang pemerintah sebaiknya lebih fokus menjaga agar perbankan dan system keuangan negara tetap sehat. Kalau perbankan yang terkena, maka seluruh system ekonomi akan bahaya. Termasuk rakyat kecil yang tidak ada hubungannya apa-apa dengan krisis keuangan sekarang ini. Tentu bursa saham juga harus diperhatikan, namun prioritasnya tetap pada menjaga perbankan nasional.
Kali ini bank tidak punya salah apa-apa. Jangan sampai ikut jadi korban. Di masa lalu, ketika terjadi krisis moneter tahun 1997 memang banyak sekali kesalahan bank. Terutama pemilik bank yang hanya memanfaatkan banknya untuk kepentingan grup perusahaan sendiri. Kini yang seperti itu tidak ada karena peraturannya tidak memungkinkan lagi. Kita sudah belajar dengan baik dari krismon yang lalu.
Kini yang punya salah besar adalah pasar modal dengan system penggelembungannya. Yang menggelembung itulah yang kini kempes. Jangan sampai bank ikut kempes karena fokus perhatian pemerintah yang tidak tepat.
Meski tidak ikut salah, tapi tetap saja orang bank akan was-was terkena imbas. Terutama kalau masyarakat tidak bisa membedakan di mana inti dari krisis kali ini. Tidak ada yang hatinya lebih berdebar daripada para pimpinan bank pagi ini. Sebuah bank, sekuat apa pun, tidak akan tahan bila diguncang rush –semua penabung mengambil uang dalam waktu serentak.
Itulah perlunya pemerintah menjamin para nasabah, terutama pemilik tabungan dan deposito. Penjaminan ini pasti tidak akan lama. Hanya sampai masyarakat tenang kembali saja. Apalagi kini sudah terhimpun dana Rp 6 triliun yang disetor bank-bank dalam rekening penjaminan. Artinya, bank-bank sendiri sudah punya dana khsusus untuk menghadapi masalah ini, meski penggunaannya harus diputuskan oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
Ibaratnya, pemerintah kini memang harus menjaga dua pasar: pasar modal dan pasar Tanah Abang. Yang dimaksud Pasar Tanah Abang adalah sebuah kiasan bahwa sektor riel-lah yang harus dijaga agar tidak ikut kacau. Cara menjaga “Tanah Abang” yang terbaik adalah menjaga berlangsungnya system keuangan dan perbankan dengan normal.
Lalu bagaimana dengan rencana pemerintah untuk melakukan buy back saham-saham yang di masa lalu dilepas ke pihak asing? Kalau itu bisa dilakukan, tentu sebuah prestasi yang luar biasa. Bisa keluar dari IMF dan kemudian bisa membeli kembali perusahaan yang dijual murah di masa lalu, tentu cita-cita yang mulia.
Tapi rencana itu sebaiknya jangan dilakukan secara emosional. Harus dihitung benar kemampuan pendanaannya. Memang beberapa BUMN sudah siap dengan dana sampai Rp 12 triliun untuk membeli saham yang lagi murah itu. Tapi harus dihitung juga bagaimana format APBN tahun 2009. Jangan sampai buy back dipaksanakan yang akhirnya akan mengorbankan format APBN tahun depan.
Maksud saya, kalau sudah benar-benar dihitung bahwa sumber-sumber pendapatan untuk APBN tahun depan sudah jelas, barulah buy back dilakukan. Sebab mengharapkan jual SUN lagi dalam jumlah besar akan sulit. Cari pinjaman luar negeri kepada siapa akan pinjam: semua negara lagi susah.
Tentu harus dihitung benar apakah bursa saham sudah “sembuh” pertengahan tahun depan. Kalau ada yang memastikan seperti itu, buy back akan sangat baik. Sekarang beli murah, pertengahan tahun depan dijual lagi untuk menambal APBN. Bahayanya: kalau ternyata harga saham belum sembuh, APBN bisa berbahaya. (catatan Dahlan Iskan diambil dari Harian Radar Surabaya).
.

Readmore »»

Sabtu, 11 Oktober 2008

Krisis Global dan Olahraga


Krisis global kata para pengamat ekonomi sudah diambang pintu, ada yang berpendapat krisis itu juga akan mempengaruhi dunia sepakbola yang sekarang ini sudah menjadi sebuah industri baru, tapi dari kalangan bola sendiri mereka optimistis bisa melewati krisis itu.

Salah satu di antaranya sudah didengungkan Real Madrid yang mengaku tidak terpengaruh dengan adanya krisis yang diawali dari Amerika Serikat ini. Namun demikian berbeda dengan Real Madrid persepakbolaan Inggris menjadi sangat khawatir.
Persepakbolaan Inggris, yang tengah menikmati masa indah mereka karena masuknya investor-investor asing, kini mulai khawatir. Krisis kredit keuangan yang terjadi di Amerika dan Eropa diperkirakan bakal menggerus mesin uang Liga Premier.
Beberapa tanda sudah bermunculan. Pemilik West Ham United sekaligus presiden klub, Bjorgolfur Gudmundsson, tengah mengalami resesi keuangan setelah bak miliknya di Islandia, Lanksbanki, dinasionalisasi dan dia dipecat dari direksi. Meski West Ham tak perlu risau karena sumber keuangan Gudmundsson tersebar di banyak industri.
Hal yang sama juga dirasakan ManYoo yang selama ini disponsori AIG, perusahaan asuransi Amerika Serikat yang juga nyaris bangkrut. Setali tiga uang, Liverpool yang dimiliki duo pengusaha Amerika Serikat juga mulai khawatir pasokan dana mereka yang ternyata sebagian besar didapatkan dari utang, bakal menghantam klub.
Sebelumnya, West Ham merupakan satu dari tiga klub bersama Aston Villa dan West Bromwich Albion kesulitan mendapatkan sponsor kostum. Kendati demikian, kesulitan menjaring sponsor juga bukan melulu karena kesalahan klub. Salah satu contohnya adalah kebangkrutan XL, perusahaan jasa liburan yang memasang iklannya di bagian dada kostum West Ham musim lalu.
Tapi tak ada kekhawatiran yang lebih besar pasca pengumuman ketua Asosiasi Sepakbola Inggris, Lord Triesman. Sepakbola Inggris dinyatakan memiliki total hutang sebesar 3 juta poundsterling (Rp 50 triliun). Dari jumlah itu, sepertiganya dikuasai oleh Manchester United, Liverpool dan Chesea -- tiga dari empat besar Liga Premier.
Situasi ini kemudian dijawab oleh UEFA dengan ancaman melarang tim dari Inggris dan negara lainnya untuk bermain di ajang Liga Champions jika belum bersih dari hutang. Sepakbola tentu tidak sepenuhnya kebal terhadap krisis keuangan. Keuntungan tahunan klub memang masih mengagumkan. Rekor transfer pemain pun masih bisa diciptakan. Pengamat mengatakan sepakbola adalah kelompok yang berani menentang krisis keuangan global. Menciptakan harga transfer pemain tertinggi di saat dunia ekonomi sedang lesu adalah bukti nyata.
Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar pengaruh krisis keuangan dunia terhadap proyeksi keuntungan klub?
Sektor tiket pertandingan adalah yang paling rentan. Di Liga Premier sendiri harga tiket untuk sebagian besar klub semakin membumbung. Suporter menjerit karena harga itu terkadang di luar daya beli mereka. Jika tiket tak terbeli, besar kemungkinan fans juga enggan merogoh kocek untuk memborong merchandise. Dengan demikian akan ada penurunan keuntungan yang diperoleh klub, termasuk jika kemudian klub menurunkan harga tiketnya.
Pendapatan dari sektor match fee juga terancam. Apalagi jika klub itu dilarang tampil di Liga Champions atau Piala UEFA yang seperti diketahui punya uang tampil cukup besar bagi para peserta.
Tetapi resiko yang paling besar terdapat pada liga-liga di divisi bawah atau klub yang dimiliki oleh pengusaha lokal dan belum tersentuh oleh investor besar. Pengusaha lokal berskala kecil masih terikat erat dengan bank untuk mendapatkan kredit. Namun dalam situasi krisis seperti sekarang maka bank akan sulit mengeluarkan kredit.
Ini pula yang mungkin menjadi alasan Serie A Italia untuk memisahkan diri dengan Serie B dan membentuk Liga Super. Klub-klub Serie A merasa perlu menyelamatkan aliran dananya. Mereka enggan menyumbang dana lebih banyak, demi keseimbangan, kepada klub di divisi bawah yang justru sangat rentan resesi.
Krisis keuangan dunia yang sedang terjadi tak pelak memang harus diantisipasi. Klub seperti Liverpool yang berniat membangun stadion baru mungkin akan menundanya. Pembiayaan sudah pasti akan sulit dilakukan karena bank mulai berhitung secara cermat untuk memberi kredit.
Kemudian ada pula usulan agar Liga Premier mulai menerapkan pembatasan gaji (salary cap). Anggaran gaji yang di sebagian klub bisa mencapai 70 persen dari keuntungan tahunan klub dinilai sebagai pemborosan.
Soal pembatasan gaji ini juga masih menimbulkan prokontra. Dari kalangan pemain, Jamie Carragher, bintang Liverpool setuju adanya pembatasan gaji pemain karena ini bisa menekan pengeluaran klub yang mungkin akan kehilangan penonton di lapangan karena mahalnya harga tiket.
Sedangkan manajer Portsmouth Harry Redknapp malah tidak setuju dengan adanya salary cap ini, menurutnya pemain dengan kebintangannya layak untuk mendapat bayaran tinggi. Kita belum tahu bagaimana kabar dengan klub-klub bola basket, baseball, dan football yang ada di Amerika Serikat, namun dengan kebijakan salary cap yang mereka terapkan, kemungkinan kondisi mereka tidak terlalu parah meskipun AS dilanda krisis.
Olahraga memang kadang-kadang berbeda, pada situasi tertentu olahraga bisa menjadi sebuah oasis di tengah padang pasir. Olahraga tak ubahnya seperti sebuah panggung hiburan, dan dalam kondisi bagaimanapun orang pasti butuh hiburan. Karena itulah banyak yang berharap, meskipun dilanda krisis jangan sampai even olahraga terhenti. Karena kalau semua sudah terhenti, apalagi yang bisa dijadikan hiburan. (*)

Readmore »»

Rabu, 08 Oktober 2008

Likman Bangkrut, Wak Doso Ojok Sampek


Perekonomian Amerika Serikat yang begitu perkasa akhirnya berada di ambang kebangkrutan. Akibatnya seluruh dunia pun bingung karena terkena imbasnya. Apalagi negeri kita tercinta, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok, akibatnya Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan kegiatannya.
Apa sebenarnya yang terjadi? Pokoke ekonomi tambah sulit, gak lama lagi pasti Krismon koyok 1997 biyen.,” kata Wak Doso, pemilik Warung Kopi (Warkop) Giras di Simomagerejo. Warkop Wak Doso meskipun sederhana dengan menu khas Kopi Giras Gresik, gorengan, sego sadukan, es limun, dan segala macam jenis krupuk, kadang-kadang suasananya tak kalah dengan CafĂ© Sinar Bintoro karena sama-sama buka 24 jam plus dihibur teve Konka 29 inch.
Langganan yang nyangkruk di Warkop Wak Doso juga bukan sembarangan orang. Pegawai bank yang ngekos di kawasan situ, wartawan yang susah tidur kemudian cari kopi murah, dan para politisi-politisi embongan, para bakal caleg-caleg partai baru yang dapat nomor buncit, membuat Warkop Wak Doso yang sederhana kadang-kadang tak kalah dengan tempat-tempat kongkow kaum elite di Surabaya.
Omong-omong gaya warungan pun kadang-kadang berbobot. “Semua ini gara-gara Likman Broder. Likman bangkrut semua ikut bangkrut,” kata Wak Doso memulai pembicaraan pada Rabu (8/10) petang sesudah Isya’.
“Sopo Likman iku, Wak,” tanya Agus, karyawan sebuah bank pemerintah yang indekos di sekitar situ. “Wis embuh, pokoke Likman iku wong Amerika, katanya dia itu orang paling kaya di dunia ini. Kalau sing sugih ae bangkrut opo maneh liyane,” jawab Wak Doso.
Mendengar celotehan Wak Doso, para pengunjung warung tersenyum simpul. Karena mereka tahu siapa sebenarnya Likman yang dimaksud Wak Doso itu. Tapi sejujurnya mereka sebenarnya sama awamnya dengan Wak Doso, mengapa Likman Broder yang puluhan tahun begitu perkasa itu akhirnya loyo.
Apa sebenarnya yang terjadi, Agus yang karyawan bank dan Yudi yang wartawan bidang ekonomi secara bergantian memberi penjelasan di majelis Warkop Wak Doso. Amerika Serikat sedang mengalami krisis keuangan terburuk sejak krisis keuangan atau depresi besar yang terjadi pada 1929.
Pada krisis keuangan kali ini Pemerintah Amerika Serikat melakukan penyelamatan terbesar sejak krisis 1929 berupa pemberian dana talangan atau bantuan likuiditas kepada industri keuangannya yang bermasalah sebesar USD700 miliar atau setara dengan Rp6.500 triliun (bandingkan dengan krisis keuangan Indonesia tahun 1998-1999 yang memakan biaya sekitar Rp650 triliun). Bantuan dana talangan ini diputuskan melalui perdebatan panjang selama dua pekan, melibatkan para anggota Kongres dan kantor kepresidenan. Pelajaran berharga apakah yang dapat ditarik dari krisis keuangan tersebut?
Manajemen risiko yang baik dan perilaku yang hati-hati (prudential behaviour) tetap selalu diperlukan oleh setiap lembaga keuangan, termasuk oleh lembaga keuangan yang besar dan kuat seperti Lehman Brothers (Likman Broder katanya Wak Doso) yang pernah menjadi konsultan ekonomi Indonesia.
Tampaknya kelemahan di bidang manajemen risiko dan sikap yang kurang prudent menjadi penyebab utama timbulnya krisis keuangan di Amerika. Situasi ini diperburuk dengan diabaikannya unsur kualitatif di dalam manajemen risiko karena terlalu percaya pada unsur-unsur kuantitatif.
Bahkan krisis yang terjadi di Amerika ini diwarnai juga dengan perilaku yang manipulatif, serakah, penipuan dan koruptif. Misalnya oknum lembaga keuangan yang memperoleh komisi dari setiap transaksi yang dilakukannya. Hal ini sedang diselidiki oleh penegak hukum di Amerika Serikat.
“Dengan terjadinya krisis ini kita dibuat sadar bahwa kita tidak boleh terlalu percaya pada reputasi atau mitos dari lembaga keuangan yang selama ini terkenal hebat dan "sakti" seperti Lehman Brothers. Manajemen risiko yang baik dan sikap yang hati-hati tetap diperlukan dalam pengelolaan dana masyarakat yang ada pada lembaga keuangan,” jelas Agus berapi-api sambil sesekali nyruput Kopi Girasnya.
“Wis Mas Agus, ojok dowo-dowo. Sing penting apakah kita juga terkena imbasnya. Opo awake dewe urip tambah soro? Sergah Wak Doso. “Ya, mungkin saja Wak,” sela Yudi. Yudi yang terus ngebul dengan A-Mild-nya, juga galau dengan kondisi perekonomian sekarang ini. Bayaran mundhak pun menjadi sebuah harapan yang diharap-harap cemas. Demikian juga Agus, namun dia agak tenang karena sebagai pegawai bank sedikit banyak dia sudah punya sedikit simpanan. Beda dengan Yudi punya simpanan tanah yang dibeli dari mertuanya, tapi statusnya masih petok D.
Lalu bagaimana dengan Wak Doso? Meskipun juga khawatir dengan krismon seperti dulu yang katanya bakal terjadi. Pria asal Kecamatan Dukun Gresik itu tetap tenang. Filosofi bisnisnya sederhana tapi tetap mengena.
“Opo sing terjadi disyukuri ae rek, gak onok wong matek gara-gara mlarat. Minimal sik iso ngemis. Buat Saya, sak krismon-krismone wong sik tetap ngopi kanggo menghilangkan stres. Meskipun nantinya pelanggan berkurang, warung tetap buka karena masih banyak orang yang suka ngopi, nglamun thok kecut rek! luwih siiip karo ngopi. Likman sing sugih boleh bangkrut, tapi Wak Doso ojok sampek,” ikrar Wak Doso.
Mendengar tekad Wak Doso itu, Agus dan Yudi yang sebelumnya juga harap-harap cemas dengan kondisi ekonomi keluarga mereka. Akhirnya pun ikut optimistis, hidup dijalani seperti air mengalir saja. Apa yang terjadi, terjadilah. Sing penting tetep eling karo Allah SWT. “Allah menurunkan cobaan pasti sesuai dengan takaran kemampuan umat manusia. Artinya cobaan itu pasti bisa dihadapi,” bisik Yudi dalam hatinya mengingat ucapan ustadz ketika dia masih ngaji dulu di Darmokali. (rak)
.

Readmore »»

Inspirationa Quotation

"The big secret in life is that there is no big secret. Whatever your goal, you can get there if you're willing to work".

(Oprah Winfrey, American TV host, media mogul, and philanthropist)

kartun united





FIrman Allah SWT

"Innal hasanaat tushrifna sayyiaat" (Sesungguhnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan) - (Hud:114).

  © Blogger template Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP