Investasi Emas : Koin Dinar, Emas Lantakan Atau Emas Perhiasan ?
Hujan yang mulai mengguyur kota Surabaya pada beberapa hari terakhir tetap tidak menyurutkan anggota perkopen untuk nyangkruk di Warung Kopi Giras Wak Doso. Bahkan akhir-akhir ini warung kecil yang terletak di kawasan Simomagerejo itu mendapat pelanggan baru. Penambahan pelanggan ini berbanding lurus dengan upaya Wak Doso yang mulai berlangganan TV berbayar AORA.
Sejak ASTRO bangkrut anggota perkopen yang sebagian besar pecinta Liga Inggris berpaling ke AORA, tapi karena tidak mungkin mereka memasang di rumah sendiri, untuk sementara mereka nunut di Warung Wak Doso. “Gak popo rek larang-larang thithik, itung-itung njaring pelanggan,” kata Wak Doso sedikit berfilosofi tentang bisnis warungnya, ketika ditanya Yudi Gembul salah satu pelanggan tetap Kopi Giras tentang keberaniannya berlangganan AORA.
Yudi Gembul pun manggut-manggut mendengar jawaban Wak Doso, sang wartawan ini pun membenarkan pendapat pria berkumis asal Kecamatan Dukun Gresik itu. Dengan adanya Warung Wak Doso Yudi Gembul semakin bertekad tidak akan berlangganan AORA meskipun dia sebenarnya kepingin pasang. “Gae opo pasang dewe nang omah, wong onok nang warunge Wak Doso,” kata Yudi dalam hati.
Rintik hujan yang saat itu mengguyur sebagian kota Surabaya tak menyurutkan para pelanggan warung berdatangan, satu demi satu mereka pun mulai datang dan nyangkruk, nyruput kopi giras dan menikmati gorengan yang hot from the wajan.
Setelah sekian lama suasana hening, karena semua menikmati siarang langsung Liga Inggris, Cak Pri si juragan becak mulai membuka obrolan. “Mas situasi seperti ini enaknya investasi opo? Tanya Cak Pri kepada Yudi Gembul. “Duwitmu piro Cak? Kok takon-takon investasi,” sergah Wak Doso, sebelum Yudi menjawab. “Yo gak akeh cak, tapi nek kanggo tunggu becak 50 ae isok,” jawab Cak Pri lalu nyruput kopi girasnya.
Yudi Gembul sedikit kaget dengan pertanyaan Cak Pri ini, bukannya dia tidak bisa menjawab tapi keinginan Cak Pri ber-investasi itu yang membuat dia terheran-heran. Di bandingkan dengan dirinya yang seorang wartawan dan tidak kepikiran untuk investasi karena memang tidak punya dana untuk di-investasikan, Yudi salut dengan pola pikir juragan becak asal Desa Ngabetan Cerme Gresik itu.
Sambil nyuwil gedhang gorengnya, Yudi Gembul pun mulai memberi kuliah. “Sing enak tukokno emas Cak,” jawab Yudi. "Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang". Pastikan investasi sampeyan dalam beberapa portofolio investasi. Dan pastikan juga Emas Lantakan sebagai bagian dari strategi portofolio investasi, selain saham, obligasi, tanah dan mata uang,” tambahnya, yang membuat bingung Wak Doso, para perkopen, apalagi Cak Pri setelah mendengar uraian Yudi dengan istilah-istilah asingnya. Sejarah membuktikan bahwa emas dinilai tidak memiliki efek inflasi (zero inflation effect). Seperti Dirham & Dinar yang berbasis emas dianggap stabil dan mempunyai nilai yang riil.
“Dengan kemajuan teknologi, pelaku pasar tidak mau kehilangan kesempatan (opportunity) yang sering dihadapi dalam melakukan transaksi, sehingga mereka beropini bahwa investasi emas sangat likuid (cash equivalen) yang menjadikan mereka menjadi lebih dipercaya di kalangan pelaku pasar sendiri maupun di lembaga keuangan. Diprediksikan bahwa lembaga keuangan di masa mendatang, selain lebih percaya kepada pelaku pasar yang berinvestasi emas, juga akan memberikan pinjaman (loan) dengan bagi hasil yang bersaing dibandingkan dengan collateral (jaminan) lainnnya. Dan dimasa mendatang dimana penjaminan pemerintah mulai berkurang atas simpanan (tabungan) pada lembaga keuangan bank, maka jika sampeyan punya duit segeralah beli emas sebelum resiko datang.
Teori Scarcity (Kelangkaan)
Di beberapa negara telah dijumpai penurunan produksi emas. Hal ini merupakan adanya peningkatan kelangkaan (scarcity) terhadap sumber daya emas dunia. Sedangkan permintaan emas di beberapa negara semakin hari semakin bertambah. Hal ini merupakan salah satu faktor naiknya harga emas,” jlentreh Yudi. “Oke Mas, aku mau beli emas, tapi sing koyok opo: Koin Dinar, Emas Lantakan Atau Emas Perhiasan ?” sambung Cak Pri.
Tak mau kalah dengan Yudi Gembul, Wawan yang ngakunya mahasiswa FE Unair ikut-ikutan njawab:
“Ketiga-tiganya tentu memiliki kesamaan karena bahannya memang sama. Kesamaan tersebut terletak pada keunggulan investasi tiga bentuk emas ini yaitu semuanya memiliki nilai nyata (tangible), senilai benda fisiknya (intrinsic) dan dan nilai yang melekat/bawaan pada benda itu (innate). Ketiga keunggulan nilai ini tdak dimiliki oleh investasi bentuk lain seperti saham, surat berharga dan uang kertas.
Default value (nilai asal) dari investasi emas tinggi – kalau tidak ada campur tangan berbagai pihak dengan kepentingannya sendiri-sendiri otomatis nilai emas akan kembali ke nilai yang sesungguhnya – yang memang tinggi.
Sebaliknya default value (nilai) uang kertas, saham, surat berharga mendekati nol , karena kalau ada kegagalan dari pihak yang mengeluarkannya untuk menunaikan kewajibannya –uang kertas, saham dan surat berharga menjadi hanya senilai kayu bakar.
Nah sekarang sama-sama investasi emas, mana yang kita pilih ? Koin Emas, Emas Lantakan atau Perhiasan ? Dengan singkat Wawan pun memberikan penjelasan.
Kelebihan Dinar :
1. Memiliki sifat unit account ; mudah dijumlahkan dan dibagi. Kalau kita punya 100 Dinar – hari ini mau kita pakai 5 Dinar maka tinggal dilepas yang 5 Dinar dan di simpan yang 95 Dinar.
2. Sangat liquid untuk diperjual belikan karena kemudahan dibagi dan dijumlahkan di atas.
3. Memiliki nilai da’wah tinggi karena sosialisasi Dinar akan mendorong sosialisasi syariat Islam itu sendiri. Nishab Zakat misalnya ditentukan dengan Dinar atau Dirham - umat akan sulit menghitung zakat dengan benar apabila tidak mengetahui Dinar dan Dirham ini.
4. Nilai Jual kembali tinggi, mengikuti perkembangan harga emas internasional; hanya dengan dikurangkan biaya administrasi dan penjualan sekitar 4% dari harga pasar. Jadi kalau sepanjang tahun lalu Dinar mengalami kenaikan 31 %, maka setelah dipotong biaya 4 % tersebut hasil investasi kita masih sekitar 27%.
5. Mudah diperjual belikan sesama pengguna karena tidak ada kendala model dan ukuran.
Kelemahan Dinar :
1. Di Indonesia masih dianggap perhiasan, penjual terkena PPN 10% (Sesuai KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/KMK.03/2002 bisa diperhitungkan secara netto antara pajak keluaran dan pajak masukan toko emas maka yang harus dibayar ‘toko emas’ penjual Dinar adalah 2%).
2. Ongkos cetak masih relatif tinggi yaitu berkisar antara 3% - 5 % dari nilai barang tergantung dari jumlah pesanan.
Kelebihan Emas Lantakan :
1. Tidak terkena PPN
2. Apabila yang kita beli dalam unit 1 kiloan – tidak terkena biaya cetak.
3. Nilai jual kembali tinggi.
Kelemahan Emas Lantakan :
1. Tidak fleksibel; kalau kita simpan emas 1 kg, kemudian kita butuhkan 10 gram untuk keperluan tunai – tidak mudah untuk dipotong. Artinya harus dijual dahulu yang 1 kg, digunakan sebagian tunai – sebagian dibelikan lagi dalam unit yang lebih kecil – maka akan ada kehilangan biaya penjualan/adiminstrasi yang beberapa kali.
2. Kalau yang kita simpan unit kecil seperti unit 1 gram, 5 gram, 10 gram – maka biaya cetaknya akan cukup tinggi.
3. Tidak mudah diperjual belikan sesama pengguna karena adanya kendala ukuran. Pengguna yang butuh 100 gram, dia tidak akan tertarik membeli dari pengguna lain yang mempunyai kumpulan 10 gram-an. Pengguna yang akan menjual 100 gram tidak bisa menjual ke dua orang yang masing-masing butuh 50 gram dst.
Kelebihan Emas Perhiasan :
1. Selain untuk investasi, dapat digunakan untuk keperluan lain – dipakai sebagai perhiasan.
Kelemahan Perhiasan :
1. Biaya produksi tinggi
2. Terkena PPN
3. Tidak mudah diperjual belikan sesama pengguna karena kendala model dan ukuran.
Dari perbandingan-perbandingan tersebut, kita bisa memilih sendiri bentuk investasi emas yang mana yang paling tepat untuk kita,” terang Wawan panjang lebar.
Sejenak Warung Wak Doso hening setelah mendengar uraian Wawan, si mahasiswa tapi gak pernah kelihatan berangkat kuliah karena isuk, awan, bengi, kerjanya ngopi thok. “Yok opo Cak, tertarik tah tuku emas,” tanya Wak Doso kepada Cak Pri memecah keheningan. “Iyo Cak aku tertarik tuku emas, sing jadi pertanyaan nek aku tuku emas agak banyak terus tak simpan nang endi, wong omahku penuh becak, ojok maneh brankas, lemari kayu ae gak onok,” jawab Cak Pri. Mendengar jawaban Cak Pri ini warung kembali hening, tidak ada yang berani membuka omongan hanya suara rintik hujan saja yang menjadi backsound Warung Kopi Giras Wak Doso. (*).
4 komentar:
tiap jenis emas memang punya kelebihan dan kelemahan masing-masing, tapi kalau harus memilih, saya pilih emas lantakan.
tapi kalau menurut mbah saya. lebih baik investasi tanah saja. sebab, lemah iku gak bakalan mambu le. ben tahun yo mesti akeh mundak-e he9
investasi yang tdk akan akan ada inflasi apalagi bangkrut serta bunga dan pengembalian pasti ya sedekah,infaq dll dgn syarat;dari sumber yg baik diberikan untuk kegiatan yang baik dan memberinya seperti cak.Rak kebelakang dipagi hari,boleh dicoba.
Pour eko ; kecuali lemah e Lapindo. gak tambak mundak, tapi malah ambles. Yo lemah e yo regone, hehehehehhe
Posting Komentar