Perekonomian Amerika Serikat yang begitu perkasa akhirnya berada di ambang kebangkrutan. Akibatnya seluruh dunia pun bingung karena terkena imbasnya. Apalagi negeri kita tercinta, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok, akibatnya Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan kegiatannya.
Apa sebenarnya yang terjadi? Pokoke ekonomi tambah sulit, gak lama lagi pasti Krismon koyok 1997 biyen.,” kata Wak Doso, pemilik Warung Kopi (Warkop) Giras di Simomagerejo. Warkop Wak Doso meskipun sederhana dengan menu khas Kopi Giras Gresik, gorengan, sego sadukan, es limun, dan segala macam jenis krupuk, kadang-kadang suasananya tak kalah dengan CafĂ© Sinar Bintoro karena sama-sama buka 24 jam plus dihibur teve Konka 29 inch.
Langganan yang nyangkruk di Warkop Wak Doso juga bukan sembarangan orang. Pegawai bank yang ngekos di kawasan situ, wartawan yang susah tidur kemudian cari kopi murah, dan para politisi-politisi embongan, para bakal caleg-caleg partai baru yang dapat nomor buncit, membuat Warkop Wak Doso yang sederhana kadang-kadang tak kalah dengan tempat-tempat kongkow kaum elite di Surabaya.
Omong-omong gaya warungan pun kadang-kadang berbobot. “Semua ini gara-gara Likman Broder. Likman bangkrut semua ikut bangkrut,” kata Wak Doso memulai pembicaraan pada Rabu (8/10) petang sesudah Isya’.
“Sopo Likman iku, Wak,” tanya Agus, karyawan sebuah bank pemerintah yang indekos di sekitar situ. “Wis embuh, pokoke Likman iku wong Amerika, katanya dia itu orang paling kaya di dunia ini. Kalau sing sugih ae bangkrut opo maneh liyane,” jawab Wak Doso.
Mendengar celotehan Wak Doso, para pengunjung warung tersenyum simpul. Karena mereka tahu siapa sebenarnya Likman yang dimaksud Wak Doso itu. Tapi sejujurnya mereka sebenarnya sama awamnya dengan Wak Doso, mengapa Likman Broder yang puluhan tahun begitu perkasa itu akhirnya loyo.
Apa sebenarnya yang terjadi, Agus yang karyawan bank dan Yudi yang wartawan bidang ekonomi secara bergantian memberi penjelasan di majelis Warkop Wak Doso. Amerika Serikat sedang mengalami krisis keuangan terburuk sejak krisis keuangan atau depresi besar yang terjadi pada 1929.
Pada krisis keuangan kali ini Pemerintah Amerika Serikat melakukan penyelamatan terbesar sejak krisis 1929 berupa pemberian dana talangan atau bantuan likuiditas kepada industri keuangannya yang bermasalah sebesar USD700 miliar atau setara dengan Rp6.500 triliun (bandingkan dengan krisis keuangan Indonesia tahun 1998-1999 yang memakan biaya sekitar Rp650 triliun). Bantuan dana talangan ini diputuskan melalui perdebatan panjang selama dua pekan, melibatkan para anggota Kongres dan kantor kepresidenan. Pelajaran berharga apakah yang dapat ditarik dari krisis keuangan tersebut?
Manajemen risiko yang baik dan perilaku yang hati-hati (prudential behaviour) tetap selalu diperlukan oleh setiap lembaga keuangan, termasuk oleh lembaga keuangan yang besar dan kuat seperti Lehman Brothers (Likman Broder katanya Wak Doso) yang pernah menjadi konsultan ekonomi Indonesia.
Tampaknya kelemahan di bidang manajemen risiko dan sikap yang kurang prudent menjadi penyebab utama timbulnya krisis keuangan di Amerika. Situasi ini diperburuk dengan diabaikannya unsur kualitatif di dalam manajemen risiko karena terlalu percaya pada unsur-unsur kuantitatif.
Bahkan krisis yang terjadi di Amerika ini diwarnai juga dengan perilaku yang manipulatif, serakah, penipuan dan koruptif. Misalnya oknum lembaga keuangan yang memperoleh komisi dari setiap transaksi yang dilakukannya. Hal ini sedang diselidiki oleh penegak hukum di Amerika Serikat.
“Dengan terjadinya krisis ini kita dibuat sadar bahwa kita tidak boleh terlalu percaya pada reputasi atau mitos dari lembaga keuangan yang selama ini terkenal hebat dan "sakti" seperti Lehman Brothers. Manajemen risiko yang baik dan sikap yang hati-hati tetap diperlukan dalam pengelolaan dana masyarakat yang ada pada lembaga keuangan,” jelas Agus berapi-api sambil sesekali nyruput Kopi Girasnya.
“Wis Mas Agus, ojok dowo-dowo. Sing penting apakah kita juga terkena imbasnya. Opo awake dewe urip tambah soro? Sergah Wak Doso. “Ya, mungkin saja Wak,” sela Yudi. Yudi yang terus ngebul dengan A-Mild-nya, juga galau dengan kondisi perekonomian sekarang ini. Bayaran mundhak pun menjadi sebuah harapan yang diharap-harap cemas. Demikian juga Agus, namun dia agak tenang karena sebagai pegawai bank sedikit banyak dia sudah punya sedikit simpanan. Beda dengan Yudi punya simpanan tanah yang dibeli dari mertuanya, tapi statusnya masih petok D.
Lalu bagaimana dengan Wak Doso? Meskipun juga khawatir dengan krismon seperti dulu yang katanya bakal terjadi. Pria asal Kecamatan Dukun Gresik itu tetap tenang. Filosofi bisnisnya sederhana tapi tetap mengena.
“Opo sing terjadi disyukuri ae rek, gak onok wong matek gara-gara mlarat. Minimal sik iso ngemis. Buat Saya, sak krismon-krismone wong sik tetap ngopi kanggo menghilangkan stres. Meskipun nantinya pelanggan berkurang, warung tetap buka karena masih banyak orang yang suka ngopi, nglamun thok kecut rek! luwih siiip karo ngopi. Likman sing sugih boleh bangkrut, tapi Wak Doso ojok sampek,” ikrar Wak Doso.
Mendengar tekad Wak Doso itu, Agus dan Yudi yang sebelumnya juga harap-harap cemas dengan kondisi ekonomi keluarga mereka. Akhirnya pun ikut optimistis, hidup dijalani seperti air mengalir saja. Apa yang terjadi, terjadilah. Sing penting tetep eling karo Allah SWT. “Allah menurunkan cobaan pasti sesuai dengan takaran kemampuan umat manusia. Artinya cobaan itu pasti bisa dihadapi,” bisik Yudi dalam hatinya mengingat ucapan ustadz ketika dia masih ngaji dulu di Darmokali. (rak).
Readmore »»