Minggu, 12 Oktober 2008

Bank Tak Punya Salah, Jangan Jadi Korban


Pemerintah rupanya ingin membuat langkah kuda: di satu pihak menyelamatkan negara dari krisis yang melanda dunia, di lain pihak ingin memanfaatkan krisis ini untuk keuntungan Indonesia. Memang krisis ini sebenarnya krisisnya negara kaya. Posisi Indonesia agak kuat kali ini. Terutama perbankannya. Ada dua hal yang membuat bank-bank di Indonesia akan selamat dari krisis ini.
Pertama, sejak krisis moneter 1997 bank-bank di Indonesia sudah sangat prudent –hati-hati. Ratio-ratio keuangannya sangat baik. Bahkan tiga tahun lalu sempat terjadi semua bank seperti kelebihan uang.
Kalau saja pemerintah tidak mengeluarkan kebijaksanaan yang hebat saat itu, bisa jadi akan banyak kelebihan uang yang ditanam di luar negeri. Namun pemerintah yang melihat gejala kelebihan uang itu segera mengeluarkan SUN –surat utang negara. Bunganya juga menarik. Maka kelebihan uang tersebut lebih banyak dibelikan SUN.
Meski negara sama-sama punya utang, terbukti bahwa punya utang kepada rakyatnya sendiri (melalui SUN) lebih baik dari pada punya pinjaman luar negeri. Kebijaksanaan pemerintah keluar dari IMF, secara tidak sengaja ternyata membawa berkah yang luar biasa manfaatnya saat terjadi krisis keuangan dunia saat ini.
Memang pemerintah sebaiknya lebih fokus menjaga agar perbankan dan system keuangan negara tetap sehat. Kalau perbankan yang terkena, maka seluruh system ekonomi akan bahaya. Termasuk rakyat kecil yang tidak ada hubungannya apa-apa dengan krisis keuangan sekarang ini. Tentu bursa saham juga harus diperhatikan, namun prioritasnya tetap pada menjaga perbankan nasional.
Kali ini bank tidak punya salah apa-apa. Jangan sampai ikut jadi korban. Di masa lalu, ketika terjadi krisis moneter tahun 1997 memang banyak sekali kesalahan bank. Terutama pemilik bank yang hanya memanfaatkan banknya untuk kepentingan grup perusahaan sendiri. Kini yang seperti itu tidak ada karena peraturannya tidak memungkinkan lagi. Kita sudah belajar dengan baik dari krismon yang lalu.
Kini yang punya salah besar adalah pasar modal dengan system penggelembungannya. Yang menggelembung itulah yang kini kempes. Jangan sampai bank ikut kempes karena fokus perhatian pemerintah yang tidak tepat.
Meski tidak ikut salah, tapi tetap saja orang bank akan was-was terkena imbas. Terutama kalau masyarakat tidak bisa membedakan di mana inti dari krisis kali ini. Tidak ada yang hatinya lebih berdebar daripada para pimpinan bank pagi ini. Sebuah bank, sekuat apa pun, tidak akan tahan bila diguncang rush –semua penabung mengambil uang dalam waktu serentak.
Itulah perlunya pemerintah menjamin para nasabah, terutama pemilik tabungan dan deposito. Penjaminan ini pasti tidak akan lama. Hanya sampai masyarakat tenang kembali saja. Apalagi kini sudah terhimpun dana Rp 6 triliun yang disetor bank-bank dalam rekening penjaminan. Artinya, bank-bank sendiri sudah punya dana khsusus untuk menghadapi masalah ini, meski penggunaannya harus diputuskan oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
Ibaratnya, pemerintah kini memang harus menjaga dua pasar: pasar modal dan pasar Tanah Abang. Yang dimaksud Pasar Tanah Abang adalah sebuah kiasan bahwa sektor riel-lah yang harus dijaga agar tidak ikut kacau. Cara menjaga “Tanah Abang” yang terbaik adalah menjaga berlangsungnya system keuangan dan perbankan dengan normal.
Lalu bagaimana dengan rencana pemerintah untuk melakukan buy back saham-saham yang di masa lalu dilepas ke pihak asing? Kalau itu bisa dilakukan, tentu sebuah prestasi yang luar biasa. Bisa keluar dari IMF dan kemudian bisa membeli kembali perusahaan yang dijual murah di masa lalu, tentu cita-cita yang mulia.
Tapi rencana itu sebaiknya jangan dilakukan secara emosional. Harus dihitung benar kemampuan pendanaannya. Memang beberapa BUMN sudah siap dengan dana sampai Rp 12 triliun untuk membeli saham yang lagi murah itu. Tapi harus dihitung juga bagaimana format APBN tahun 2009. Jangan sampai buy back dipaksanakan yang akhirnya akan mengorbankan format APBN tahun depan.
Maksud saya, kalau sudah benar-benar dihitung bahwa sumber-sumber pendapatan untuk APBN tahun depan sudah jelas, barulah buy back dilakukan. Sebab mengharapkan jual SUN lagi dalam jumlah besar akan sulit. Cari pinjaman luar negeri kepada siapa akan pinjam: semua negara lagi susah.
Tentu harus dihitung benar apakah bursa saham sudah “sembuh” pertengahan tahun depan. Kalau ada yang memastikan seperti itu, buy back akan sangat baik. Sekarang beli murah, pertengahan tahun depan dijual lagi untuk menambal APBN. Bahayanya: kalau ternyata harga saham belum sembuh, APBN bisa berbahaya. (catatan Dahlan Iskan diambil dari Harian Radar Surabaya).
.

0 komentar:

Inspirationa Quotation

"The big secret in life is that there is no big secret. Whatever your goal, you can get there if you're willing to work".

(Oprah Winfrey, American TV host, media mogul, and philanthropist)

kartun united





FIrman Allah SWT

"Innal hasanaat tushrifna sayyiaat" (Sesungguhnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan) - (Hud:114).

  © Blogger template Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP