Catatan Jelang Premier League Inggris
Menggertak dan Mengoyang The Big Four
Sabtu besok Premier League Inggris kembali bergulir, dan penggila sepakbola di dunia termasuk di Tanah Air kembali disibukkan dengan perbincangan tentang kompetisi sepakbola terheboh di dunia ini. Perbincangan menarik lainnya adalah siapa yang bakal menggoyang the big four yang sejak enam tahun terakhir merajai Premier League.
SOAL siapa yang bakal jadi jawara Premier League mungkin sudah bisa ditebak karena juaranya pasti tidak jauh-jauh dari the big four (ManYoo, Chelsea, Arsenal, dan Liverpool). Menjelang bergulirnya musim kompetisi 2008-2009 banyak orang yang menginginkan peta empat besar itu berubah.
Termasuk juga Kevin Keegan yang menilai Premier League sudah mulai membosankan bila didominasi oleh klub itu-itu saja. Alan Hansen, mantan gelandang Liverpool yang kini jadi komentator di BBC juga menilai demikian, lima tahun ke depan Liga Inggris bakal ditinggal stasiun televisi bila tidak ada klub-klub lain yang bisa bersaing dengan the big four.
Dengan berkembangnya sepakbola Eropa terutama Inggris menjadi sebuah industri baru, finansial memang jadi faktor utama untuk membangun kekuatan klub. Dan selama ini kondisi itu hanya bisa dilakukan the big four meskipun kekuatan finansial itu sendiri belum menjamin sebuah sukses klub.
Lihat saja Chelsea yang sejak lima tahun terakhir membangun kekuatan timnya, namun sukses mereka hanya sebatas liga domestik saja. Lalu bagaimana dengan upaya klub-klub medioker untuk menyaingi the big four? Perhatian kini tertuju kepada Portmouth, Aston Villa, Blackburn Rovers, Everton, Manchester City, dan perhatian utama kini tertuju kepada Tottenham Hotspur.
Tekad pelatih asal Spanyol Juande Ramos untuk menggoyang dominasi the big four sudah dicanangkan. Kondisi itu sebenarnya bertolak belakang dengan keputusan Ramos yang mengizinkan Robbie Keane pergi juga tidak terlalu mempertahankan keinginan Dmitar Berbatov untuk pergi.
Tapi dengan dana 90 juta poundsterling (Rp 1,56 triliun) Ramos mencoba membangun kekuatan baru tanpa Keane. Beberapa pemain bintang sudah dia datangkan termasuk Heurelho Gomez, Giovani Dos Santos, Luka Modric, David Bentley, dan pemain masa depan John Bostock. Tidak tanggung-tanggung, Ramos membongkar total pasukannya dengan menjual 11 pemain.
Dengan metode latihan modern seperti diet makanan dan fitness yang ketat Juande Ramos menyiapkan pasukannya agar benar-benar bisa bersaing dengan the big four. Di luar Spurs ada Newcastle United (NU), tapi pelatih Kevin Keegan tampaknya harus realistis dengan timnya.
Keegan tak banyak melakukan aksi di bursa transfer. Sejauh ini, hanya Danny Guthrie (Liverpool) dan Jonas Gutierrez (Real Mallorca) yang direkrut dan menjual Emre ke Fenerbahce. Artinya Keegan tetap mengandalkan pemain-pemain seperti Mark Viduka, Michael Owen yang kerap dirundung cedera sehinga membuat Obafemi Martins bekerja sendirian sehingga belum cukup bagi NU untuk menggoyang dominasi empat besar Liga Inggris.
Selain Tottenham, tim lain yang paling menjanjikan untuk menggoyang empat besar adalah Everton. The Toffees sendiri sebenarnya pernah menjadi the big four pada beberapa dasawarsa lalu. Namun posisinya kemudian digeser oleh Chelsea.
Faktor manajer David Moyes diyakini menjadi penentu kestabilan perjalanan The Toffees dalam beberapa musim terakhir Liga Premier. Pasalnya, Moyes tak pernah melakukan pembelian pemain yang jor-joran dan berlevel dunia. Maklum, Everton hanyalah klub kelas menengah yang tidak bergelimang dana. Namun Moyes selalu bisa memoles pemain yang ada. Musim lalu, Joleon Lescott dan Phil Jagielka bersinar di lini belakang. Sejumlah pengamat merasa yakin Moyes selalu punya jalan keluar dengan mengoptimalkan para pemain muda berbakat.
Mampukah mereka benar-benar menggoyang dominasi ManYoo, Chelsea, Arsenal, dan Liverpool? Kita tunggu saja. Yang pasti selama ini konsistensi para penantang itu sering jadi kendala. Artinya mereka selalu gagal bersaing karena tidak bisa menjaga peak performance mereka selama delapan bulan berkompetisi. (*)
0 komentar:
Posting Komentar