Perjalanan Mengelilingi Pulau Hainan di China (5)
Kota Sanya merupakan kota terbesar kedua di Pulau Hainan setelah Haikou, dan di bulan November ini kota pantai yang berada di bagian selatan pulau itu mulai ramai dikunjungi wisatawan asing maupun dari China sendiri yang ‘lari’ dari daratan yang mulai disergap hawa dingin. Yang menarik di kota berpenduduk sekitar 150 ribu jiwa itu ternyata ada sebuah kawasan yang dihuni oleh suku Hui yang beragama Islam.
--------------------------------------------------------------------------------
SANYA City memiliki satu andalan pariwisata pantai, yaitu pemandangan yang diberi nama ‘Tianya Haijiau’ atau ‘Tepi Langit’ dan ‘Ujung Laut’, daerah peristirahatan air panas, taman hutan nasional dan lain-lain yang patut dikunjungi. Daerah Pemandangan Tianya Haijiau terletak lebih 20 km sebelah barat kota Sanya. Pada zaman dahulu kala, orang di China mengira tempat ini adalah ujung bumi, maka di sebuah batu raksasa di tepi laut tergores kata-kata "tepi langit" dan "ujung laut".
Yang menarik lagi di kawasan pantai itu terdapat sebuah desa bernama Fenghuang bagian dari distrik Yanglan yang dihuni sekitar 7 ribu orang etnis Hui yang semuanya beragama Islam. Agama Islam masuk ke China sejak 1350 tahun yang lalu, umat muslim di negeri ini sekarang telah mencapai 20,3 juta. Etnis-etnis minoritas China yang beragama Islam adalah etnis Hui, Uigur, Hasak, Kerkez, Uzbek, Tatar, Tajik, Dongxiang, Sala, dan Bao'an. Mereka terutama tersebar di Ning Xia, Qing Hai, Gan Su, Xin Jiang, dan Shan Xi di daerah barat laut dan Yunnan di daerah barat daya, serta He Bei, He Nan, Shan Dong, dan Mongolia Dalam (Inner Mongolia) dan provinsi atau daerah lainnya.
Rakyat etnis Han, Tibet, Mongolia, Dai, dan Bai di Yunan juga ada yang memeluk agama Islam, akan tetapi jumlahnya tidak banyak. Mereka semuanya adalah salah satu anggota dalam keluarga besar Muslim China.
Namun dari seluruh etnis yang disebutkan di atas, etnis Hui adalah salah satu etnis yang warganya kebanyakan memeluk agama Islam yang berkembang di luar Sanya City, kota terbesar kedua di Pulau Hainan setelah ibukota Haikou.
Bagi masyarakat China, Islam sebenarnya secara historis bukanlah sesuatu yang baru. Di Mainland (China daratan), Islam bahkan dipercayai telah berkembang sejak abad pertama hijriyah atau abad ketujuh, dibawa pertama kali oleh sahabat Nabi Muhammad SAW, Sa'ad ibn Lubayd, yang sering diidentikkan dengan Sa'ad ibn Abi Waqqas.
Lebih dari itu, identitas Sa'ad ibn Lubayd al- Habsyi sendiri tidak diketahui pasti. Terlepas dari kesulitan identifikasi tentang Sa'ad ini, kontak antara Dunia Islam khususnya Arabia,dengan China berjalan cukup intens. Selama 90 tahun masa Dinasti Umaiyyah, tak kurang dari 17 duta muslim muncul di istana China.
Mereka diikuti sekitar 18 duta yang dikirim penguasa Dinasti Abbasiyyah dalam periode 750–798.Kunjungan-kunjungan ini mendorong perkembangan Islam sehingga terbentuklah koloni Ta Shih di Kanfu (Kanton). Selain itu, terdapat koloni muslim yang cukup besar sejak pertengahan abad ke-8 di Pulau Hainan yaitu ‘Tepi Langit dan Ujung Laut’.
Ketika Saya memasuki desa Fenghuang di kawasan distrik Yangla, seorang warga desa itu bernama Zhao Zhiguo langsung mengajak Salat Dhuhur berjamaah dengan beberapa warga desa lainnya, ketika Saya mengaku berasal dari Indonesia dan seorang Muslim. Zhao Zhigao (38) adalah seorang pengusaha yang cukup sukses di Sanya City, sudah dua kali Zhao pergi ke Tanah Suci untuk ibadah haji dan sering bertemu dengan jamaah asal Indonesia ketika di Mekkah dan Madina. Zhao kini mempunyai sebuah perusahaan perjalanan dan sebuah toko yang menjual barang-barang suvenir wisata, seperti mutiara dan benda kristal. Satu tahun yang lalu, ia membuka sebuah restoran masakan laut bertingkat 2 yang dapat menampung hampir seribu orang makan sekaligus di dekat Tianya Haijiao suatu tempat tujuan wisata terkenal di kota Sanya.
Dewasa ini, hampir setiap keluarga etnis Hui di Sanya melakukan bisnis yang berkaitan dengan pariwisata, misalnya menjual mutiara, barang kristal, kulit kerang, barang-barang kesenian giok dan perak serta pakaian wisata, selain itu juga membuka 10 restoran ukuran besar dan 28 hotel keluarga. kerajinan dan kejujuran mereka sangat terpuji di dunia pariwisata, dan oleh karena itu mereka juga menjadi etnis terkaya setempat.
Menurut statistik pemerintah kota Sanya,dewasa ini pendapatan bersih perkapita etnis Hui setiap tahun mencapai sekitar 5000 Yuan Renminbi atau kira-kira USD 625, ini lebih tinggi daripada pendapatan rata-rata setempat. Sekarang kebanyakan keluarga kaum muslim di Sanya mempunyai rumah sendiri dan sekitar 15% keluarga punya mobil.
Desa etnis Hui kota Sanya pulau Hainan itu mempunyai bangunan-bangunan yang bergaya khas Islam. Dan pada masa kini muslim China telah mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan banyaknya mendapat perhatian dan dorongan dari pemerintah sebagaimana dalam Sidang Nasional Partai Komunis China yang telah berlangsung beberapa hari lalu, Presiden Hu Jintao telah menyimpulkan beberapa prestasi perkembangan China selama 20 tahun ini. Tentu saja hal tersebut sangat menggembirakan hati kaum muslim China sekaligus merasa bangga atas poin tersebut. Dalam 20 tahun ini, di bidang agama Islam, pemerintah selalu memegang teguh pada kebijaksanaan kebebasan kepercayaan agama, maka semua muslim di seluruh China merasa sangat puas, karena tidak hanya kehidupan mereka ditingkatkan dengan baik, juga kehidupan agama mereka dijamin oleh negara. (*)
2 komentar:
Weh....Cak Kamun wis tekan negoro Cino...selamat yo Mun, cita-citamu tercapai, awakmu lak mbiyen sing paling "gandrung" karo Cino, sampek skripsine pun tentang Cino...kangen aku karo awakmu Mun....suwe temen gak tau kontak
Wah ternyata betul mémang étnis china memang type orang2 pekerja keras perlu kita contoh semangatnya
Posting Komentar