Perjalanan Keliling Pulau Hainan China (3)
Di Xinglong City Bertemu Putri Perantuan asal Indonesia
Keberadaan orang Indonesia yang kini terpaksa menetap di China karena alasan politik ketika masa pemerintahan Orde Lama dapat ditemui di Xinglong City yang terletak 150 km di sebelah selatan Haikou, ibukota Provinsi Hainan. Adalah Li Li Qin (22), dara manis asli Xinglong yang ternyata putri perantau asal Pekanbaru, Riau.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TANPA sengaja Saya bertemu Li Li Qin, yang kemudian minta dipanggil dengan Haiti, karena menurutnya pengucapan Saya selalu keliru menurut telinganya, di ruang business center Kangle Garden Hotel di Wanning, kawasan pariwisata yang masuk dalam wilayah Xinglong City.
Senin (4/11/2007) tiba-tiba laptop yang baru Saya beli di Surabaya tidak bisa konek dengan internet, karena keburu harus mengirim berita tim balap sepeda Polygon Sweet Nice (PSN) Surabaya yang berlaga di Tour of Hainan 2007, akhirnya Saya berniat untuk menggunakan komputer plus koneksi internet di business center dengan tarif 20 Yuan per jam atau sekitar Rp 25 ribu.
Ruang business center ternyata ditunggui seorang gadis, begitu melihat Saya dia langsung nerocos dengan bahasa Mandarin yang sama sekali Saya mengerti. Ketika Saya jawab dengan bahasa Inggris dia sempat kaget karena ternyata tamunya bukan orang lokal. Basa-basi sebentar Saya kemudian minta sambungan telepon ke Surabaya. Kali ini giliran Saya yang kaget karena tiba-tiba Haiti ngomong “Saya bisa basa Indonsia”, giliran Saya yang kaget setengah mati. “Gua punya Mama asal Indonsia”, katanya yang membuat Saya lebih kaget lagi. “Gua nama Li Li Qin, mama nama dulu Mariati tapi now jadi Zhang Chang Lian,” tambahnya, dan kata demi kata yang dia ucapkan sudah tidak membuat Saya kaget lagi.
Selanjutnya pembicaraan kami berdua menjadi lebih akrab meskipun Haiti tampak sulit untuk mengucapkan beberapa kata yang akhirnya diterjemahkan ke bahasa Inggris. Menurut Haiti, Mariati berasal dari Riau. “Mama asal Riau Sumantera dan datang ke Hainan tahun 1960,” lanjut Haiti.
Cerita Haiti, kala itu Mariati yang masih anak-anak dan yatim piatu diajak kakaknya yang bersuamikan orang China Medan untuk merantau ke China. Keberangkatan ke China itu buah dari ketertarikan propaganda Mao Zedong yang akan memberikan tanah untuk digarap atau pekerjaan bagi keturunan perantau yang tinggal di luar negeri termasuk Indonesia. Mereka memang diberi tanah di Pulau Hainan yang kala itu ternyata jadi tempat pembuangan bagi orang yang jadi lawan Partai Komunis China (PKC), untuk membuka lahan perkebunan yang sekarang bernama Hua Qiao Nang Chang di Wanning, Xinglong City yang kemudian dikenal sebagai perkebunan penghasil kopi, karet, dan beberapa tanaman tropis lainnya hingga sekarang ini.
Menurut Haiti, pada mula datang ke Xinglong, mama, paman dan bibinya tidak sendirian, ada sekitar 100 orang lainnya juga dari Sumatera mulai bekerja untuk membuka perkebunan itu. Menurut cerita yang dia dengar dari mamanya 50 tahun lalu, di Xinglong hanya terlihat beberapa gubuk dan jalan setapak di padang lalang. Begitu menyebut Xinglong, orang akan terbayang akan tempat yang sering muncul perampok dan berjangkit penyakit tersebar.
Sejalan dengan mendalamnya reformasi, China mulai serius menggarap perkebunan di Xinglong, sehingga industri karet Xinglong tidak lagi memiliki keunggulan. Selain itu, Perusahaan Pertanian Xinglong tepat pada waktunya mengadakan restrukturisasi dan juga terjun ke industri pariwisata dengan pertanian tumbuhan tropis sebagai dasar. Industri pariwisata telah membawa perubahan besar pada penghidupan para bekas perantau China itu. Kini di Xinglong gedung-gedung berdiri, para bekas perantau China termasuk Zhang Chang Lian yang kini sudah pensiun ke mana-mana naik mobil Haima (Hainan Mazda) dan tinggal di rumah bertingkat bersama suaminya, dan Haiti.
“Hidup kami sudah baik, kakak gua Li Li Ying kerja di Hongkong, Papa nama Li Sem Im asal Fujian juga hidup enak,” terang Haiti ketika Saya bertanya apakah papanya juga berasal dari Indonesia dan apakah juga dia punya saudara?.
Sayang karena keterbatasan waktu tinggal Xinglong, Saya hanya bisa menggali cerita tentang Mariati yang kini jadi Zhang Chang Lian lewat anaknya Li Li Qin atau Haiti. Penghidupan yang semakin baik ini tidak membuat Zhang Chang Lian melupakan kampung halamannya di Indonesia.
Menurut Haiti, dua tahun lalu mereka sempat pulang ke Indonesia meskipun sudah lama berpisah hubungannya dengan sanak keluarga dan sahabat di Riau masih akrab, terutama bagi Zhang Chang Lian yang ingin bernostalgia dan menengok kubur orang tuanya.
Menjawab pertanyaan apakah ingin tinggal di Indonesia, menurut Haiti, karena sudah lama tinggal di Xinglong,Mamanya atau Zhang Chang Lian pilih menetap di Xinglong. “Ke Indonsia untuk bermain-main boleh, tapi tinggal lama-lama sudah tidak boleh, kasian papa,” kata Haiti.
Menurut Haiti, Mariati alias Zhang Chang Lian sebelum meninggal masih ingin sekali lagi mengunjungi Indonesia terutama Riau, dan itu akan dia lakukan pada Januari 2008 nanti bersama Li Sem In, Li Li Qin, dan Li Li Ying. (*)
0 komentar:
Posting Komentar