Perang Opini yang Menggelikan
Pertarungan opini dalam pilpres terkadang memang menggelikan. Perhatikanlah, perputaran wacana yang terjadi seperti contoh di bawah ini. Dalam soal isu antek orba, misalnya, di sebuah situs disebutkan bahwa SBY merupakan bagian dari orde baru. Karena itu harus diwaspadai. Seruan ini jadi menggelikan, karena dilontarkan oleh pendukung kubu pesaingnya. Padahal, para kompetitornya, entah itu Kalla, Wiranto ataupun Prabowo sejatinya sama-sama menjadi bagian orde baru.
Dalam soal isu agama, SBY-Boediono diopinikan selah-olah sebagai dua kandidat yang berbeda. Di belahan Indonesia Barat, SBY-Boediono dikampanyekan kurang Islam (karena kedua istri mereka tak berjilbab). Namun, di belahan Indonesia Timur, SBY-Boediono disebut-sebut akan melakukan "proyek Islamisasi negara" terkait kontrak politik dengan PKS -- akhirnya terkuak, isi perjanjian itu telah palsu belaka.
Belakangan dihubungkan dengan pernyataan Boediono yang berbicara soal keinginannya mengembangkan ekonomi syariah. Lucunya, Kalla sebenarnya juga berjanji yang sama. Soalnya, ada dugaan, isu agama ini memang menjadi "mainan"-nya kubu Kalla-Win
Dalam soal Lapindo, Kalla secara berapi-api menyatakan telah terjadi pelanggaran HAM dalam kasus ini. Hm, ini sungguh menarik. Sebab, kalau kita tengok ke belakang, Fraksi Golkar, partai yang ia pimpin, adalah salah satu penjegal pengajuan hak interpelasi Lapindo di DPR.
Dalam soal BLBI, Boediono paling disorot sebagai 'orang yang paling bersalah. Yang dilupakan, tatkala pencairan BLBI pada tahun 1997-98 silam, BI masih merupakan bagian dari pemerintah, bukan institusi yang independen seperti sekarang. Karena itu, pencairan BLBI sepenuhnya memenuhi kehendak pemerintah Soeharto ketika itu. Dan, Boediono adalah bagian sedikit dari Direktur BI yang tak dikejar-kejar aparat hukum.Sementara sejumlah koleganya memang jadi pesakitan sebab diduga kuat melakukan patgulipat dengan bank penerima.
Daftar ini kalau mau diteruskan bisa sangat panjang.
Ada yang bilang, ini gejala amnesia. Hanya sesaat, tidak permanen. Tapi, ada yang bilang ini fenomena yang lebih serius: keasyikan dengan dunianya sendiri, seolah-olah orang lain tak ada, tak berpikir, tak bermemori.
Namun, sepertinya tidak terlalu banyak yang menggubris fenomena ini. Bukan tak ingat, Bukan tak peduli. Tapi,barangkali justru karena iba. (berpolitik.com).
0 komentar:
Posting Komentar