Selasa, 27 Januari 2009

Pilgub Jatim: Curang...Tidak...Curang...Tidak...

Hidup akan selalu terasa bahagia dan nikmat apabila kita dapat menerima dan menghadapi segala sesuatu sebagaimana adanya, hidup dalam tiap detik yang dilaluinya, tidak terapung dalam keriangan masa lalu atau tenggelam dalam harapan masa datang. Hidup adalah saat ini, sekarang ini, bukan kemarin dan bukan esok.
Pikiran selalu mempermainkan kita, membentuk kenangan-kenangan masa lalu dengan segala suka-dukanya, membuat kita selalu mengejar kenangan, suka dan menjauhi kenangan duka, menciptakan corak dan bentuk hidup sekarang dan yang akan datang sehingga kita dibuatnya hidup seperti dalam kurungan yang dibuat oleh pikiran kita sendiri. Hidup seperti itu membuat segala langkah kita tidak wajar lagi, melainkan langkah-langkah kita sudah ditentukan dan diatur berdasarkan pengalaman lalu, berdasarkan pengetahuan dan kepercayaan yang sudah terbentuk dalam pikiran kita. Keadaan seperti itu tidak memungkinkan kita bebas, tidak memungkinkan kita mempergunakan mata dan telinga seperti sewajarnya. Apa yang terpandang, apa yang terdengar, ditutup oleh pendapat dan prasangka, oleh penilaian yang kesemuanya adalah pekerjaan pikiran, sehingga mata dan telinga kita tidak dapat melihat atau mendengar keadaan sebenamya dari yang dipandang dan didengar! Kalau kita memandang sesuatu, yang kita pandang sesungguhnya bukanlah itu atau dia, melainkan itu atau dia seperti yang terbayang dalam ingatan kita!
Demikian pula dengan kekuasaan. Kalau kita menghadapi sesuatu, dalam hal kekuasaan seperti pada saat itu, tanpa campur tangan si pikiran yang selalu dapat saja menciptakan kenang-kenangan akan kekuasaan, maka tidak ada lagi penilaian apakah kekuasaan yang akan kita dapatkan atau perjuangkan bermanfaat untuk orang banyak atau untuk diri kita sendiri.
Pengalaman-pengalaman yang ada selama ini mempertebal keyakinan kita bahwa manusia menjadi kejam karena kekuatannya. Makin kuat manusia, makin kejamlah dia, makin sewenang-wenang karena merasa berkuasa. Kalau begitu, apakah lebih baik menjadi orang lemah dan tidak memiliki kepandaian? Orang yang lemah hanya akan menjadi injakan yang kuat. Orang lemah mengalah karena tidak dapat melawan, dan yang demikian itu bukan mengalah namanya, melainkan pengecut. Yang kuat kejam, yang lemah pengecut! Pengecut demikian, kalau diberi kekuatan, diberi kekuasaan, tentu akan berubah menjadi orang kejam juga. Si kuat kejam dan si lemah pengecut tiada bedanya, keduanya adalah orang-orang yang belum mengenal dirinya, belum mengenal keadaan sebenarnya.
Kalah-menang itu adalah hal yang biasa, karena kalau sekarang kalah mungkin nanti bisa menang, demikian juga sebaliknya sekarang menang suatu saat pasti kalah. Tapi kalah menang akan jadi tidak biasa bila itu dikaitkan dengan kekuasaan.
Orang yang kalah pasti tidak akan terima, karena suatu saat dia belum tentu menang dan yang menang tentu akan mempertahankan kemenangannya, karena soal kekuasaan berbeda dengan kalah menang di olahraga. Kekuasaan, politik, atau berkuasa itu sebenarnya indah dan ada seninya, semua itu bisa menjadi kotor, culas dan tidak jujur karena manusianya.
Kalau kemudian yang kalah merasa dicurangi sementara yang menang merasa tidak bermain curang, itu juga hal biasa. Namanya manusia pasti tidak punya rasa puas, karena manusia yang punya rasa puas berarti dia mati.
Berkaca dari arena Pilgub Jatim, kekuasaan, kepuasan, dan kecurangan berada dalam satu jalur. Siapa yang berbuat curang, atau berbuat curang seolah-olah dicurangi, tidak jelas. Yang pasti untuk urusan kekuasaan tidak ada manusia jujur di dunia ini. Karena manusia jujur tidak akan berani berebut kekuasaan. Siapa yang teriak-teriak dicurangi belum tentu dia juga tidak curang karena curang sedikit curang banyak tetap saja curang, dan ini sebenarnya biasa untuk mengejar kekuasaan. Siapa yang teriak tidak curang, belum tentu memang dia tidak curang.
Sekali lagi banyak pelajaran yang didapat dalam hidup ini, pada skala kecil...ya dari Pilgub Jatim. Utamanya soal politik dan kekuasaan. Manusia sebagai makhluk politik selalu haus dan lapar akan kekuasaan. Ironisnya rakyat selalu dijadikan bemper dan alat...Demi Rakyat. Benar-salah, jujur-curang sangat tipis di politik, bukan politiknya yang salah tapi manusia-manusianya. Karena manusia memang selalu haus dan lapar terhadap segala hal termasuk KEKUASAAN. (*)
.

0 komentar:

Inspirationa Quotation

"The big secret in life is that there is no big secret. Whatever your goal, you can get there if you're willing to work".

(Oprah Winfrey, American TV host, media mogul, and philanthropist)

kartun united





FIrman Allah SWT

"Innal hasanaat tushrifna sayyiaat" (Sesungguhnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan) - (Hud:114).

  © Blogger template Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP