Demokrat Dintungkan Konflik Internal Partai
Tidak selamanya konflik itu berujung pahit. Boleh jadi itulah yang kini dirasakan Partai Demokrat. Adanya konflik internal di sejumlah parpol justru membawa keberuntungan bagi Demokrat. Jika mengacu pada acuan hitung cepat, raihan suara Demokrat bisa dibilang fantastis. Perolehannya melonjak nyaris 300 persen bila dibandingkan pada Pemilu 2004 yang hanya berada pada kisaran 7 persen suara nasional. Tidak hanya itu, 5 dari 7 provinsi 'gemuk' pun dimenangi parpol bernomor 31 ini.
Lumbung suara milik parpol lain seperti PKS di Jakarta, Golkar di Jawa Barat serta Sumatera Utara dan PKB di Jawa Timur pun dibobol Demokrat. Di beberapa tempat itu, PD leading dalam raihan suara. Tidak heran banyak analisis bermunculan melihat fenomena ini. Bila merujuk kasus PKB di Jawa Timur misalnya, Demokrat lebih disebabkan penggembosan Gus Dur. Belum lagi, adanya Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) dinilai juga menyebabkan suara PKB dari kalangan NU melorot tajam. Selain ke PKNU, suara PKB banyak yang beralih ke Demokrat. Ada juga yang ke PDIP terutama dari Baitul Muslimin.
Berdasarkan hasil quick count yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesai (LSI), Jatim kini dikuasai oleh Partai Demokrat yang mendapat 20,61% diikuti oleh PDIP dengan 15,01%. Sementara itu PKB harus puas berada di posisi ke 3 dengan 12,26%. Selanjutnya Golkar (10,86%) dan PKS (4,95%). Bila dibandingkan dengan perolehan suara PKB pada Pemilu 2004, jumlah yang diperoleh PKB sebesar 31% atau sekitar 6,5 juta suara. Dengan demikian, PKB mengalami penuruanan suara hingga 18% pasca ditinggalkan oleh Gus Dur.
PKB tidak siap melakukan konsolidasi internal sehingga tidak mampu mempertahanklan basis suaranya di Jatim. Sama halnya dengan yang terjadi di Golkar. Penurunan suara beringin di Jabar dan Sumut diprediksi lebih disebabkan oleh faktor internal DPD Golkar setempat. Pendukung beringin kehilangan figur elit yang mumpuni.
Di Golkar ada faktor ketokohan yang hilang. Pada 2004 jualannya Golkar di Sumut adalah figur Akbar Tandjung yang dikenal luas masyarakat Sumut. Tapi sekarang Golkar kehilangan figur seperti Akbar di Sumut.
Hasil hitung cepat LSI, Demokrat menggunguli Golkar dengan mendapatkan 26,56%. Sedangkan Golkar memperoleh 11,89%, diikuti PDI-P dengan 9,89%. Bila dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilu 2004, Golkar kehilangan sekitar 10% suara pada Pemilu 2009 ini. Secara berurutan, perolehan suara parpol pada Pemilu 2004 di Sumut yakni, Golkar (22,6%), PDIP (15,9%), PDS (7,6%), PPP (7,5%), dan Partai Demokrat (6,9 %).
Pindahnya mantan Ketua DPD Golkar Sumut Abdul Wahab Dalimunthe ke Demokrat juga merupakan penyebab menurunnya pundi suara Golkar di Sumut. Untuk itulah Demokrat lebih unggul dari Golkar, karena Demokrat kebetulan punya tokoh lokal yang bagus di Sumut seperti Wahab Dalimunthe itu.
Hal sama juga terjadi di Jabar. Melemahnya dukungan birokrasi dan sikap Golkar Jabar yang dianggap menonjolkan premanisme menjadi penyebab terpuruknya beringin. Kepemimpinan DPD Golkar Jabar kurang disenangi masyarakat. Premanisme masih dilakukan oleh oknum Golkar di Jabar. Hilang sudah Golkar yang dulunya baik dan teladan. Sekarang Golkar Jabar dipimpin oleh orang-orang yang dulunya nge-jago di Jabar.
Golkar juga dianggap gagal mencitrakan diri sebagai parpol yang profesional, berintelektual tinggi dan muda. Sehingga tidak heran suara Golkar di Jabar digerus parpol-parpol baru. Partai baru telah berhasil menggerogoti suara Golkar di Jabar. Meraka itu adalah Demokrat, Gerindra dan Hanura. Suara yang mereka dapat itu dulunya suara Golkar yang sekarang telah beralih ke tiga partai baru itu.
Dalam Pemilu 2004 lalu, Golkar masih mengungguli parpol-parpol lain di Jabar dengan memperoleh 29,4%. Diikuti oleh PDIP 16,7 persen, PKS di posisi ketiga dengan perolehan suara 11,4 persen, lalu PPP memperoleh 9,9 persen dan Partai Demokrat hanya 8,3% suara. Namun hasil hitung cepat LSI di Jabar menunjukkan, Demokrat meraih 23,32 persen, PDIP (15,57%), Golkar (15,49%), PKS (9,86%) dan PAN (5,47%). Jika merujuk pada hasil hitung cepat, Pemilu 2009 memang milik Demokrat. Tetapi, untuk Pilpres 2009 belum tentu. Peluang menang memang besar, tetapi kemungkinan kalah juga tetap terbuka. (*)
0 komentar:
Posting Komentar