Trio Inggris, Dominasi Kekuatan Sepakbola Inggris yang Semu
by. rahmat adhy kurniawan
Liga Inggris kembali menunjukkan kedigdayaan mereka di kancah Eropa, tiga wakil Inggris lolos ke semifinal, sama dengan prestasi tahun lalu. Hebatnya ini adalah kali ketiga berturut-turut trio Inggris lolos ke final. Dua musim lalu ManYoo, Chelsea, Liverpool mengeroyok AC Milan, kemudian musim lalu giliran Barcelona dikeroyok ManYoo, Chelsea, dan Liverpool, dan sekarang kembali Barcelona dikeroyok, ManYoo, Chelsea dan Arsenal.
Yang jadi pertanyaan mampukah Inggris menjadi jawara yang sesungguhnya seperti musim lalu dengan menempatkan All England's Final? Kemudian ManYoo sukses menjadi pemenang setelah mengalahkan Chelsea? Kita lihat saja nanti.
Yang jelas Barcelona sekarang ini di bawah kendali Pep Guardiola tidak seperti Barcelona musim lalu yang ditangani Frank Rijkaard. Masih tetap menerapkan sepakbola menyerang, Barcelona yang sekarang ini lebih cepat dan tidak begitu hilang konsentrasi di La Liga karena posisi mereka di atas kertas sulit dikejar Real Madrid.
Bagi tiga wakil Inggris, ManYoo, Chelsea, dan Arsenal lolos ke semifinal ini bukan tanpa cela. Rakyat Inggris yang selama ini mengklaim negeri mereka sebagai motherland of football sebenarnya tidak harus berbangga dengan sukses klub-klub kecintaan mereka. Kita lihat dari sisi pemain, sukses ManYoo, Chelsea, dan Arsenal tidak terlalu melibatkan pemain lokal Inggris.
Yang lumayan mungkin hanya ManYoo, karena mereka memiliki local hero seperti Wayne Rooney, Michael Carrick, Rio Ferdinand atau Paul Scholes. Namun nama-nama seperti Cristiano Ronaldo, Carlos Tevez, Edwin van der Saar, Nani adalah pemain-pemain asing yang memberi kontribusi banyak terhadap sukses ManYoo. Ironisnya sang manajer Sir Alex Ferguson juga bukan orang Inggris meskipun dia berasal dari Skotlandia yang masih bisa diklaim orang Inggris.
Bagaimana dengan Chelsea? John Terry, Frank Lampard dan Ashley Cole adalah bintang lokal, tapi Didier Drogba, Michael Ballack, Peter Cech, Michael Essien, Salomon Kalou, Frank Malouda, adalah pemain-pemain asing yang menjadi kunci sukses The Blues. Dari sisi pelatih siapa yang tidak kenal dengan Guus Hiddink, The Flying Dutchman yang orang Belanda, dan persepakbolaannya masih di bawah Inggris.
Yang paling parah adalah Arsenal. The Gunners hanya punya Theo Walcott bintang lokal Inggris. Selebihnya Emmanuel Adebayor, Robin van Persie, Manuel Almunia, William Gallas, Nicklas Bendtner, Samir Nasri adalah pemain-pemain asing yang jadi pahlawan di Emirates Stadium. Setali tiga uang dengan ManYoo dan Chelsea, Arsenal juga dibesut pelatih non-Inggris. Arsene Wenger adalah orang Prancis yang justru sukses membangun kekuatan The Gunners.
Artinya, dominasi persepakbolaan Inggris sebenarnya tidak bisa dikatakan itu sebuah dominasi Inggris yang sesungguhnya. Pemain dan pelatih asli Inggris sebenarnya masih menjadi tamu di negeri mereka sendiri. Sebuah dominasi yang semu.
Bagi sepakbola yang sudah jadi industri apa yang tersaji ini memang bukan masalah yang penting. Tim Universal seperti klub-klub di Inggris adalah sebuah keharusan klub agar bisa bersaing di tingkat regional dan global. Namun demikian persepakbolaan Inggris tetap layak menjadi sebuah ‘buku sepakbola’ yang patut dipelajari oleh banyak pihak bahwa menerima sesuatu dari orang asing tidak selamanya buruk. Itulah sepakbola! (*)
0 komentar:
Posting Komentar