Koalisi Golkar Sebesar Apa
Keputusan Partai Golkar untuk mencalonkan Jusuf Kalla sebagai calon presiden memunculkan blok politik baru dalam kontestasi Pemilu Presiden 2009. Jusuf Kalla pun sesumbar bakal membuat koalisi besar. Pertemuan politik Jusuf Kalla pasca Rapat Pimpinan Nasional Khusus (Rapimnasus) kian intens. Setelah melakukan pertemuan dengan petinggai PDIP, Jumat (24/4) pagi JK bertemu dengan Ketua Umum DPP Partai Hanura, Wiranto, malam harinya Kalla bertemu dengan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
Dalam pertemuan dengan Wiranto, JK menegaskan, pihaknya akan menggalang kekuatan koalisi besar untuk pembentukan pemerintahan efektif dan kuat. Menurut JK, koalisi dibangun dengan berbagai partai politik, agar terbangun kemajuan negeri lebih cepat. Jika dibandingkan dengan partai politik lainnya dalam melakukan manuver politik, Partai Golkar dan JK tergolong telat. Kondisi ini tidak terlepas dari ikhtiar Golkar dalam sepekan terakhir ini untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat namun tidak menemukan titik temu. Keputusan maju dalam pilpres, menjadikan Golkar kejar setoran menggalang kekuatan koalisi.
Setidaknya, saat ini telah terjadi blok politik yang mulai mengerucut. Blok Teuku Umar yang merupakan kediaman Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri telah terhimpun sedikitnya tiga partai politik yaitu PDIP, Partai Gerindra, dan Partai Hanura. Meski, belum secara formal mendeklrasikan koalisi, ketiga partai tersebut intens melakukan pertemuan. Isu kecurangan pemilu, menjadi perekat ketiga partai politik ini.
Di blok lainnya, blok Cikeas. Partai Demokrat sebagai motor blok ini, secara resmi telah bersepakat dengan beberapa partai politik di level tengah seperti PKB dan PKS. Di level partai kecil terdapat PBB, PKPI dan Partai Patriot.
Pertanyaan besarnya, koalisi besar seperti apa yang akan dibangun Partai Golkar? Akankah Partai Golkar masuk dalam blok Teuku Umar? Banyak analis politik berpendapat, koalisi Partai Golkar dan PDIP sulit terbangun jika kedua partai tersebut masih bersikukuh untuk maju dalam pencapresan Juli mendatang.
Koalisi PDIP-Golkar akan terbentuk, jika kedua partai tersebut saling mengalah. Tergantung ada alternatif baru misalnya PDIP-Golkar menjadi king maker, artinya memilih pasangan capres-cawapres yang mereka pilih sendiri. Jika skenario ini disepakati, figur Sultan HB X dapat menjadi alternatif untuk diajukan sebagai capres dari PDIP-Partai Golkar.
Namun dari kalkulasi politik, kubu JK dan Partai Golkar berpeluang membuat blok sendiri alias tidak bergabung dengan kubu Teuku Umar maupun kubu Cikeas. Koalisi Golkar, PAN, dan PPP lebih terbuka.
Kondisi ini berpeluang muncul tidak terlepas internal PPP dan PAN. Gerakan Amien Rais yang mendorong Hatta Radjasa sebagai cawapres SBY membuat meradang Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir. Sedangkan di PPP, komunikasi Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali dengan JK selama ini cukup intens.
Kondisi seperti ini memungkinkan koalisi terbentuk. Soetrisno Bachir lebih nyaman dengan Golkar. Duet JK-SB menjadi simbol di koalisi ini.
Ikhtiar Partai Golkar untuk membentuk pemerintahan kuat dan efektif bukanlah mimpi di siang bolong. Dengan perolehan suara dalam Pemilu legislatif sebesar 14% lebih, menjadi modal penting dalam membentuk pemerintahan yang efektif. Kini, berbalik ke elite Golkar dalam membangun komunikasi politik dan membangun koalisi. (*).
0 komentar:
Posting Komentar